Setiap titrasi memerlukan
penambahan indikator untuk mengetahui titik akhit titrasi. Beberapa larutan
yang dijadikan titran/ titrat juga dapat bertindak sebagai indikator (auto
indikator), seperti larutan KMnO4. Sehingga pada titrasi yang
demikian tidak perlu ditambahkan indikator dari senyawa lain.
Warna indikator oksidasi
tidak sama dengan warna indikator reduksi. Perbedaan warna dari fase tereduksi
dengan fase teroksidasi harus tajam. Hal tersebut dikarenakan untuk mengurangi terjadinya
kesalahan penentuan titik akhir titrasi.
Perubahan warna dari suatu indikator redoks berada pada daerah potensial tertentu. Anologi yang sama dengan indikator asam basa dimana perubahan warna juga terjadi pada trayek pH tertentu. Indikator yang dipilih harus mempunyai daerah transisi perubahan warna pada titik ekivalen, atau disekitar titik ekivalen. Indikator harus mempunyai potensial standard (E0) harga E0 dari oksidator dan reduktor. Contohnya pada penentuan kadar senyawa besi (II) secara serimetri, maka indikator yang paling sesuai adalah ferroin (o-fenantrolin besi (II) sulfat).
Perubahan warna dari suatu indikator redoks berada pada daerah potensial tertentu. Anologi yang sama dengan indikator asam basa dimana perubahan warna juga terjadi pada trayek pH tertentu. Indikator yang dipilih harus mempunyai daerah transisi perubahan warna pada titik ekivalen, atau disekitar titik ekivalen. Indikator harus mempunyai potensial standard (E0) harga E0 dari oksidator dan reduktor. Contohnya pada penentuan kadar senyawa besi (II) secara serimetri, maka indikator yang paling sesuai adalah ferroin (o-fenantrolin besi (II) sulfat).
Berikut ini
adalah indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi redoks,
yaitu:
1) Auto Indikator
Pereaksi
yang dikategorikan sebagai auto indikator adalah pereaksi yang memiliki warna
yang kuat. Dan warna pereaksi tersebut dapat berubah atau hilang apabila
direaksikan dengan zat lain. Contoh pereaksi yang bersifat auto indikator
adalah KMnO4 (berwarna ungu). Larutan KMnO4 yang berwarna ungu berubah menjadi ion Mn2+
yang tidak berwarna ketika terjadi reduksi pada proses titrasi. Selain itu larutan
I2 (berwarna kuning) juga dapat bertindak sebagai auto indikator.Titik
akhir titrasi diketahui dari hilangnya warna kuning, perubahan ini dipertajam
dengan penambahan larutan amilum.
2) Indikator Redoks
Indikator redoks adalah
indikator yang dalam bentuk oksidasinya memiliki warna yang berbeda dengan
warna dalam bentuk reduksinya. Contohnya difenilamin dan difenilbensidina.
Namun kedua indikator ini sukar larut di dalam air, pada penggunaannya dilarutkan
dalam asam sulfat pekat terlebih dahulu.
3) Indikator Eksternal
Indikator eksternal
dipergunakan apabila indikator internal tidak ada. Contoh, Ferrisianida untuk
penentuan ion ferro memberikan warna biru.
EmoticonEmoticon