Prinsip Dasar Titrasi Redoks
Oksidasi merupakan proses pelepasan satu atau lebih elektron dari suatu atom, ion atau molekul. Sedangkan reduksi merupakan proses penangkapan satu atau lebih elektron oleh suatu atom, ion atau molekul. Dalam sistem reaksi kimia tidak ada elektron yang berdiri sendiri (elektron bebas). Pelepasan elektron oleh suatu zat kimia selalu disertai dengan penangkapan elektron oleh zat yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa reaksi oksidasi selalu diikuti reaksi reduksi atau disebut dengan reaksi reduksi oksidasi (reaksi redoks).
Istilah redoks digunakan
untuk reaksi - reaksi yang mengalami pelepasan elektron (oksidasi) dan pengikatan
elektron (reduksi). Pada reaksi redoks jumlah elektron yang dilepaskan oleh
reduktor selalu sama dengan jumlah elektron yang diikat oleh oksidator. Konsepnya
sama dengan reaksi asam basa, dimana proton yang dilepaskan oleh asam dan
proton yang diikat oleh basa juga selalu sama.
Penyetaraan jumlah elektron pada
reaksi redoks dapat dilakukan dengan memisahkan reaksi menjadi dua bagian yaitu
bagian oksidasi dan bagian reduksi, masing-masing dikenal sebagai setengah
reaksi. Contoh reaksinya adalah sebagai berikut:
Oksidasi : Fe2+ →
Fe3+ + e Reduksi : Ce4+ + e → Ce3+
Redoks : Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+
Oksidasi : Fe2+ → Fe3+ + e …………………………… x5
Reduksi : MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + H2O
Redoks : 5Fe2+ + MnO4- → 8H+ + 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
Penggunaan x5 (kali 5) tersebut adalah untuk menyetarakan jumlah elektron yang terdapat pada reaksi oksidasi dengan jumlah elektron yang terdapat pada reaksi reduksi.
Reaksi redoks dapat dijadikan sebagai dasar titrasi apabila memenuhi persyaratan umum sebagai berikut:
1) Reaksi harus cepat dan
sempurna.
2) Reaksi berlangsung harus
berlangsung secara stoikiometri. Sehingga terdapat kesetaraan yang pasti antara
oksidator dan reduktor (dapat dihitung)3) Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan indikator redoks atau secara potentiometri.
Jenis-Jenis Titrasi Redoks
Titrasi redoks adalah metode
penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah reaksi redoks. Reaksi ini
hanya dapat berlangsung jika terjadi interaksi dari senyawa/unsur/ion yang
bersifat oksidator dengan unsur/senyawa/ion bersifat reduktor. Jadi kalau larutan
bakunya oksidator, maka analat harus bersifat reduktor atau sebaliknya.
Berdasarkan sifat larutan bakunya maka titrasi redoks dibagi atas: oksidimetri
dan reduksimetri.
Oksidimetri
Oksidimetri adalah metode titrasi redoks dengan larutan baku yang bersifat sebagai oksidator berdasarkan jenis oksidatornya maka oksidimetri dibagi menjadi yaitu:Titrasi Permanganometri |
Permanganometri adalah penetapan kadar zat berdasar atas reaksi oksidasi reduksi dengan KMnO4 mengalami reduksi. Dalam suasana asam reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O
2MnO4- + 10Cl- + 16H+ → 2Mn2+ + 5Cl2 + 8 H2O
Untuk larutan tidak berwarna, tidak perlu menggunakan indikator, karena 0,01 ml kalium permanganat 0,1 N dalam 100 ml larutan telah dapat dilihat warna ungunya. Untuk memperjelas titik akhir dapat ditambahkan indikator redoks seperti feroin, asam N-fenil antranilat. Penambahan indikator ini biasanya tidak diperlukan, kecuali jika menggunakan kalium permanganat 0,01 N.
a) Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (II) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
b) Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
Dikhrometri adalah penetapan kadar zat berdasar atas reaksi oksidasi reduksi dengan larutan baku K2Cr2O7. Sepanjang titrasi dalam suasana asam K2Cr2O7 mengalami reduksi.
Cr2O72- + 14H+ + 6e → 2Cr3+ + 7H2O
Serimetri adalah penetapan kadar zat berdasar atas reaksi oksidasi reduksi dengan larutan baku Ce(SO4)2, reaksi reduksi yang dialaminya adalah:
Ce4+ + e → Ce3+
Iodimetri adalah
penetapan kadar zat berdasar atas reaksi oksidasi reduksi dengan larutan baku I2 dimana pada titrasi mengalami reduksi.
I2 + 2e → 2I-
Eo = + 0,535 volt I3⁻ + 2S2O32⁻→ 3I⁻ + S₄O62⁻
I2 + 2S2O32⁻ → 2I⁻ + S₄O62⁻
namun demi kesederhanaan untuk selanjutnya penulisan larutan iodium dengan menggunakan I2 bukan dengan I3.
Kalium Iodat merupakan oksidator yang kuat. Dalam kondisi tertentu kalium Iodat dapat bereaksi secara kuantitatif dengan yodida atau Iodium. Dalam larutan yang tidak terlalu asam, reaksi Iodat dengan garam Iodium, seperti kalium yodida, akan berhenti jika Iodat telah tereduksi menjadi Iodium.
IO3- + 2I- + 3Cl- → 3H2O + 3I2
IO3 - + 2I- + 3Cl- + 6H+ → 3ICl + 3H2O
Reduksimetri
Reduksimetri adalah
metode titrasi redoks dengan larutan baku yang bersifat sebagai reduktor dan
salah satu metode reduksimetri yang terkenal adalah iodometri, pada iodometri
larutan baku yang digunakan adalah larutan Natrium tiosulfat yang pada
titrasinya mengalami oksidasi.
2S2O32-
→ S4O62- + 2e I2 + 2e → 2I- Eo = +0,535 volt
1) Iodometri
Reaksinya:
oksidator + KI → I2
I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Satu tetes larutan iodium 0,1 N dalam 100 ml air memberikan warna kuning pucat. Untuk menaikkan kepekaan titik akhir dapat digunakan indikator kanji. Iodium dilihat dengan kadar iodium 2 x 10-4 M dan iodida 4 x 10-4 M. Penyusun utama kanji adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa dengan iodium membentuk warna biru, sedangkan amilopektin membentuk warna merah. Sebagai indikator dapat pula digunakan karbon tetraklorida. Adanya iodium dalam lapisan organik menimbulkan warna ungu.
2) Bromatometri
BrO3 + 5Br- + 6H+ → 3Br2 + 3H2O
Dengan penambahan KBr, KBrO3 akan mengoksidasi KBr menjadi Br2. Br2 dapat dikenali dari warnanya yang kuning, tetapi dapat juga dikenal dengan indikator azo misalnya metil merah atau metil jingga. Di dalam suasana asam indikator ini berwarna merah yang kemudian diuraikan oleh Br2 menjadi kuning pucat. Perubahan warna tidak reversible karena indikator dirusak oleh Br2.
(Baca Juga: Indikator Titrasi Reduksi Oksidasi (Redoks))
Penerapan Titrasi Redoks
Penerapan titrasi redoks telah banyak digunakan dalam analisa kimia.1) Penerapan dalam bidang farmasi yaitu untuk menganalisis kandungan vitamin C (asam askorbat) dalam suatu sampel obat.
2) Penerapan dalam bidang industri yaitu pada penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan menggunakan iodine atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kalium dikromat.
3) Penerapan dalam bidang pangan dan pengawasan mutu makanan yaitu pada penentuan bilangan peroksida dalam minyak goreng bekas pakai (minyak jelantah)
4) Penerapan titrasi redoks juga dilakukan pada penentuan asam oksalat dengan menggunakan permanganate, penentuan besi (II) dengan serium (IV), dan sebagainya.
EmoticonEmoticon